Selasa, 14 Oktober 2014

Chapter 6 FINANCIAL CONTROL PENGENDALIAN KEUANGAN

Chapter 6
FINANCIAL CONTROL
PENGENDALIAN KEUANGAN


PENDAHULUAN
Batas-batas akuntansi diperpanjang karena teknologi baru dan tuntutan baru pada bagian dari klien yang mencari dukungan akuntansi. Bab ini akan berfokus pada isu-isu yang terkait dengan topik kontrol sepanjang isu-isu ini dibentuk dan mempengaruhi desain dan implementasi sistem pengendalian keuangan.

PENGENDALIAN DILEMA
Empat tahun lalu Quality Products Inc, sebuah toko fabrikasi logam, yang mengkhususkan diri dalam fabrikasi logam precisison, yang menekankan desain inovatif dan kualitas produksi yang tinggi, dimulai oleh tiga dengan metode produksi berbasis komputer. Karena penekanan pada layanan, kualitas produksi, cepat berbalik, dan tindak lanjut setelah penjualan, harga perusahaan mungkin lebih tinggi dari beberapa pesaing mereka.Tetapi dalam jangka panjang, keuntungan dari kualitas yang lebih tinggi dan layanan yang lebih baik telah menarik banyak pelanggan setia, dan toko dengan cepat mendekati kapasitas praktis.Pemilik telah sangat cerdas dan bijaksana dalam mengatur dan mengelola perusahaan mereka, dan bangga dengan keberhasilan mereka. Mereka juga mengakui bahwa ada banyak kesempatan untuk memperluas bisnis mereka yang ada atau keragaman ke daerah lain. Dalam menilai kompetisi, mereka telah mencatat bahwa tidak ada perusahaan nasional atau tingkat regional mengontrol porsi yang signifikan dari pasar.Keasyikan dengan mengelola bisnis yang ada dan pertumbuhannya telah membuat pemilik membuat komitmen untuk ekspansi.
Dengan mempertimbangkan tingginya aktifitas produksinon-standar dalam perusahaan, bagaimana pemilik dapat menjaga fleksibilitas mereka dan melakukan pengendalian pada saat yang sama dengan kualitas yang lebih tinggi jika pemilik bisnis perusahaan diperluas? Apakah perusahaan akan mengadopsi pola baru sehingga pemilik dan manajer diberikan peran yang baru? Atau akankah merekamangejar strategi diversifikasi dan mencari pesanan produksi yang lebih terstandarisasi sehingga lebih mudah dikendalikan?Dalam hal ini, sejumlah opsi dan kombinasi dari opini yang berbeda dapat terjadi.


DEFINISI PENGENDALIAN KEUANGAN
Umpan Balik Mekanik Versus Respon Perilaku
Perhatian utama pada subsistem pengendalian keuangan adalah perilaku dari orang yang ada dalam perusahaan, bukan perusahaannya. Untuk alasan itu pengendalian keuangan dapat dipahami dengan baik dengan memberi penekanan pada pentingnya asumsi keperilakukan. Tidak semua bentuk pengendalian concern pada perilaku manusia. Mechanical applications of control, seperti alat pengatur panas yang mengntrol suhu ruangan, memberi tekanan pada mechanical feedback daripadabehavioral responses. Tentu saja, peralatan mekanik dan elektrik juga dapat digunakan untuk mempengaruhi perilaku manusia. Selain itu tujuan pengendalian adalah untuk mempengaruhi manusia. Jadi subsistem pengendalian keuangan ultimately premised pada asumsi keperilakuan.
Secara umum pengendalian didefinisikan sebagai inisiatif pilihan karena kepercayaan bahwa probabilitas mendapatkan hasil yang diinginkan akan meningkat. Dalam pengendalian finansial, inti dari hasil yang diinginkan adalah behavioral events dan beraplikasi pada masalah keuangan. Pengendalian didasarkan pada konsep kepercayaan dan probabilitas.

Extending Traditional Concepts (Perluasan Konsep-konsep Tradisional)
Konsep pengendalian akuntansi tradisional telah mengasumsikan bahwa pembuatan informasi akuntansi adalah langkah terakhir dari peranan akuntan. Dalam pendekatan keperilakuan terhadap desain dan pelaksanaan financial system subsystem, pembuatan informasi dipandang sebagai langkah lebih intermediate daripada langkah terakhir.
Ketika membuat sistem pengendalian yang sesuai dengan informasi akuntansi yang akurat dan andal, maka harus memperhatikan tujuh faktor berikut:
1.      Melibatkan anggota yang akan menyelesaikan tanggung jawabnya dengan segenap kemampuan dan penuh integritas
2.  Menghindarkan fungsi-fungsi yang incompatible dengan pemisahan tugas dan tanggung jawab
3.  Menjelaskan otoritas yang berhubungan dengan posisi mereka sehingga kebenaran transaksi dapat dievaluasi
4.  Menetapkan metode yang sistematik untuk memberi keyakinan bahwa transaksi dicatat secara akurat
5.  Menjamin bahwa dokumentasi telah memadai
6.  Perlindungan aset dengan merancang prosedur untuk membatasi akses terhadap aset
7.  Merancang pengecekan independen untuk meningkatkan akurasi.

PENGENDALIAN TERPADU (COMPREHENSIVE CONTROL)
Pengendalian sistem yang komprehensif sebenarnya merupakan kesatuan subsistem formal yang mendukung proses administratif. Untuk menjadi formal, subsistem pengendalian must be structurd in advance and designated as a process appropriate to the achievement of a specific objective. Untuk menjadi komprehensif, sistem pengendalian harus mencakup aktivitas perencanaan, operasi, dan fungsi timbal balik.
Perencanaan
Proses perencanaan dalam organisasi juga ditandai dengan istilah perilaku penetapan tujuan. Aspek-aspek terpenting dari proses penetapan tujuan adalah dasar dari organisasi dan komunikasi. Masalah-masalah pokok dari perencanaan, dapat menjadi kunci pengendalian yang efektif.Suatu perencanaan yang terlalu terknis atau terlalu logis dapat menimbulkan suatu kerusakan pada pengendalian bagi mereka yang kurang waspada, karena tidak ada perhatian yang utuh pada implikasi pengendalian terhadap implementasi rencana.Pada kondisi seperti ini, pengendalian membutuhkan sesuatu untuk dapat beroperasi sebagai suatu rangkaian pembatasan bagi fungsi perencanaan.
Operasi
Batasan dari operasi mengacu pada pelaksanaan aktifitas-aktifitas organisasi, termasuk di dalamnya provisi atas jasa pelayanan dan produksi produk yang sama pentingnya dengan menjaga fungsi operasi. Pengendalian operasi merupakan suatu proses implementasi atas rencana-rencana manajemen. Di berbagai organisasi, pengendalian pengoperasian merupakan tanggung jawab manajer pemilik, yaitu mereka yang ahli dalam mengendalikan pengoperasian lewat sesuatu yang tidak formal dan berfokus pada manusia.Organisasi yang lebih kompleks dan lebih besar dituntut untuk lebih memformalkan pengendalian operasi guna menjamin suatustandar yang efektif dan meningkatkan efiseiensi operasi.
Umpan Balik
Umpan balik dalam organisasi berasal dari sumber formal dan informal yang disusun dari komunikasi non-verbal.Suatu rancanangan yang formal dan sistematis dikumpulkan untuk koleksi dan penyaringan umpan balik.Hal ini membutuhkan variabel-variabel yang dapat diidentifikasi, ukuran-ukuran yang definitif, dan aktifitas pengumpulan data.Pengukuran dapat dihasilkan secara internal, pengukuran juga dapat diperoleh dari sumber-sumber eksternal perusahaan. Proses umpan balik dalam subsistem pengendalian keuangan jarang bisa dipahami. Dalam aplikasi manajemen, keberadaan faktor manusia dan kompleksitas dari motivasi manusia mendukung pernyataan bahwa hubungan antara umpan balik dan tindakan-tindakan berikutnya masih diwarnai dengan ketidakpastian dan kerumitan.
Interaksi Pengendalian
Perencanaan, operasi, dan aktifitas-aktifitas umpan balik telah diidentifikasi sebagai tiga aspek dari proses administrasif yang sangat didukung oleh rancangan pengendalian terpadu. Suatu organisasi dapat menciptakan kumpulan yang besar jika menghubungkan sub-subsistem pengendalian secara baik guna mendukung perencanaan, operasi, dan fungsi umpan balik.Logikanya, perencanaan lebih dahulu ada dibandingkan dengan operasi dan ukuran umpan balik berasal dari rencana-rencana operasi serta tujuan-tujuan yang diterapkan.Bagaimanapun juga, logika yang sederhana ini tidak sesuai untuk kondisi yang kompleks.Manipulasi atas ukuran-ukuran umpan balik dapat menjadi lebih diutamakan dibandingkan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai.Sebagai konsekuensinya, ukuran-ukuran umpan balik lebih menekankan pada operasi dan bukannya pada hal-hal yang bersifat evaluasi terhadap operasi itu sendiri.

FAKTOR-FAKTOR KONTEKSTUAL
Context dapat menjadi bagian yang sangat penting agar sukses dalam merancang dan melaksanakan sistem pengendalian keuangan. Context merujuk pada kumpulan karakteristik yang mengukur setting empiris dimana sistem pengendalian akan ditetapkan. Proses identifikasi faktor contextual yang kritis seperti ukuran, stabilitas lingkungan, motivasi laba, dan process factors, sangatlah subyektif dan tidak kekal.

Ukuran
Ukuran dapat dipandang sebagai suatu peluang dan suatu hambatan.Ukuran dipandang sebagai peluang jika berfungsi sebagai pemberi manfaat ekonomi dan bukan sebagai strategi pengendalian.Ukuran dapat menjadi suatu hambatan jika pertumbuhan ekonomi menyebabkan terjadinya eliminasi terhadap strategi pengendalian.Ketika ukuran menjadi sesuatu yang penting dalam melakukan pembatasan konteks, ukuran juga banyak dikaitkan dengan variabel-variabel lainnya.Kondisi ini membuat ukuran tidak dapat memisahkan diri menjadi satu variabel saja.Hal ini membuatnya menjadi tidak mungkin untuk mengisolasi setiap faktor tunggal, seperti ukuran, sebagai sesuatu yang dominan.
Stabilitas Lingkungan
Desain pengendalian dalam lingkungan yang stabil dapat berbeda dari desain pengendalian dalam lingkungan yang selalu berubah.Stabilitas dalam lingkungan eksogen dapat dinilai dari kekuatan gerakan yang secara eksternal menghasilkan produk-produk yang memerlukan suatu tanggapan.Derajat stabilitas lingkungan dapat ditingkatkan dengan memilih alat yang tepat terhadap perubahan lingkungan.Suatu lingkungan eksogen yang stabil diasumsikan dalam banyak pembahasan sistem biaya standard dan analisis hubungan atas varians biaya.Asumsi ini memunculkan fakta yang terpisah antara operasi yang sementara dengan lingkungan bisnis yang menuntut adanya perubahan secara terus menerus.
Motif Keuangan
Keberadaan dari motif keuangan tentunya bukanlah penghalang untuk menggunakan ukuran-ukuran penilaian akuntansi terhadap produktivitas. Pada sisi lain, jelas bahwa system pengendalian dan didasarkan pada motif dan ukuran-ukuran profitabilitas sering kali tidak dapat diterjemahkan secara langsung pada konteks nirlaba (nonprofit). Ukuran-ukuran laba adalah penting dan meskipun sulit dapat menjadi indikator dari keberhasilan.
Faktor-faktor Proses
Suatu faktor proses penting dalam pegendalian biaya-biaya yang tidak dapat dihindari dan biaya-biaya untuk melakukan rekayasa adalah biaya variable. Strategi pengendalian biaya untuk proses strategi biaya variable sering kali berbeda dalam hal substansi dengan startegi pengendalian biaya yang disesuaikan, seperti aplikasi biaya tetap.

PERTIMBANGAN-PERTIMBANGAN RANCANGAN
Pengendalian telah didefinisikan sebagai "sebuah inisiatif dipilih karena diyakini bahwa peluang mendapatkan hasil yang diinginkan akan meningkat". Untuk meningkatkan probabilitas keberhasilan, desainer akan berusaha untuk menentukan hubungan sebab-akibat diyakini hadir di lingkungan, sehingga memungkinkan mereka untuk mengantisipasi konsekuensi logis yang menghasilkan bentuk penerapan kontrol atau set kontrol.
Antisipasi terhadap Konsekuensi Logis
Antisipasi terhadap konsekuensi logis merupakan komponen-komponen inti dalam mendesain pengendalian. Kondisi ini merupakan hal yang penting bagi seorang manajer keuangan yang terbiasa untuk membuat pertimbangan berdasarkan pada apakah hasil itu adalah baik atau buruk.
Relevansi dengan Teori Agensi
Teori keagenan memfasilitasi antisipasi terhadap konsekuensi logis dengan menyediakan kerangka kerja untuk memahami dan memprediksi perilaku selanjutnya. Agen adalah orang yang terlibat oleh prinsipal untuk melaksanakan tugas-tugas yang ditunjuk oleh prinsipal tersebut. agen diperbolehkan untuk memiliki satu set tujuan yang berbeda dari prinsipal. Teori agensi menyangkut persoalan “biaya” dimana suatu pendelegasian dengan asumsi keputusan-keputusan tertentu bersifat tidak jelas atau dipengaruhi secara bersama-sama agar menjadi tidak nyata.
Pengelolaan Perubahan
Pengelolaan perubahan adalah sesuatu yang penting dalam menentukan rancangan-rancangan pengendalian. Para manajer melaksanakan pengendalian untuk mencapai tujuan-tujuan yang sering kali dihadapkan pada satu atau lebih dilemma bisnis. Pengendalian yang ada dalam perusahaan mungkin tidak berfungsi sebaik yang mereka  pernah mereka lakukan, tetapi manajer mungkin takut bahwa perubahan dalam pengendalian biaya akan lebih dalam hal gangguan status quo dari nilai manfaat potensial.


Minggu, 05 Oktober 2014

chapter 4 ASSUMPTIONS ABOUT HUMAN BEHAVIOR: A HISTORICAL PERSPECTIVE Asumsi Tentang Perilaku Manusia: Perspektif Sejarah

RESUME CHAPTER 4:
ASSUMPTIONS ABOUT HUMAN BEHAVIOR:
A HISTORICAL PERSPECTIVE

 Asumsi Tentang Perilaku Manusia: Perspektif Sejarah

Feodalisme dan Kapitalisme
            Semua sistem ekonomi yang ditandai dengan hubungan sosial dasar antara mereka yang menggunakan wewenang dan semua orang yang mentaati dan antara mereka yang memiliki alat produksi dan mereka yang tidak. Pemeriksaan sejarah perkembangan hubungan-hubungan sosial akan memberi kita gagasan tentang asumsi yang mendasari tentang perilaku manusia yang telah ditandai bisiness, ekonomi, dan akuntansi.
            Kita akan mulai dengan kontras kapitalisme dengan urutan feodal yang diganti. Hal ini sangat relevan


karena perubahan dari feodalisme ke kapitalisme telah menjadi perubahan besar di zaman modern. Semua revolusi lain pucat oleh perbandingan. Kemudian, kita akan kontras asumsi tentang perilaku manusia yang dicirikan tahap awal kapitalisme dengan orang-orang dari tahap lanjutan yang menjadi ciri negara-negara bersatu dan negara-negara barat lainnya pada 1980-an. 

Sistem feodal
            Oleh dan dari abad kelima belas, seorang, sosial, dan ekonomi tatanan politik datang untuk menutup di eropa. Dikenal sebagai feodalisme, urutan sosial ekonomi didefinisikan dengan serangkaian hubungan sosial berdasarkan status berasal dari garis keturunan dan usia. Di Eropa abad pertengahan , seorang pria adalah seorang budak belian atau penguasa, pedagang atau anggota serikat.Posisinya dalam struktur sosial tergantung pada keluarga di mana ia lahir, bukan jasa.
            Tanah dan tenaga kerja tidak tujuan perdagangan; baik mana communized di Eropa medieveral. Kepemilikan tanah melewati dari tuan ke ahli waris, dan perdagangan secara real di real estate jarang. Budak adalah bagian dari warisan, mereka memiliki hak untuk hidup di darat dan untuk bekerja itu.
            Serikat adalah serikat perajin. Sistem guild-pusat industri "produksi" - juga tenggelam dalam tradisi. Seorang pria karena tukang kayu atau glassblower karena itu adalah pekerjaan ayahnya.
            Masters dipilih pemerintah guild mereka sendiri dan menetapkan aturan mereka bekerja sendiri. Mereka menetapkan tingkat upah, standar output, dan kondisi kerja. Mereka diatur perilaku sosial dan diharapkan anggota guild untuk berpakaian dengan cara yang tepat dan terlibat dalam urusan sipil. Singkatnya, serikat khawatir dengan baik dan nonekonomi dimensi ekonomi hidup.
            The guild usia Pertengahan ingin mempertahankan dan cara hidup teratur, sehingga mereka perilaku diatur di tempat kerja dan di masyarakat. Untuk mempertahankan status quo, guild dijauhi inovasi dan perubahan teknologi. Mereka bekerja untuk mencegah terbentuknya monopoli dengan teknik berbagi dan teknologi.Mereka menghindari persaingan dengan membatasi masuk ke guild dan mengatur kemajuan dari magang untuk pekerja harian untuk menguasai. guild itu menetapkan syarat penjualan dan diharapkan anggota mereka untuk mematuhi istilah tersebut.Iklan dilarang. anggota Guild, yang memiliki alat-alat produksi, diharapkan untuk mengambil kebanggaan dalam pekerjaan mereka.
            Idenya adalah untuk mempertahankan posisi satu dalam hidup, bukan untuk meningkatkan itu. Tidak jelas perbedaan antara sosial dan ekonomi hidup seseorang. Orang-orang tidak "mencari nafkah" - pekerjaan itu tujuan itu sendiri.

Kebangkitan Masyarakat Industri
Mesin uap yang ditemukan James Watt pada 1776 menandai dimulainya revolusi industri dan penolakan serikat-serikat pekerja.Hal ini menciptakan terciptanya sistem Pabrikasi, sebagai lawan dari Industri rumahan dimana seseorang bekerja di rumah. Mesin uap mengembangkan manusia sebagai sumber energi. Karena itu, hal ini membuat sumber energi dapat didirikan dimana saja karena menggunakan energi hidup dan dapat dapat berpindah. Sebelum adanya mesin uap, air, angin dan hewan digunakan sebagai sumber energi. 
Perusahaan menggunakan tenaga kerja dalam jumlah besar yang digunakan untuk mengoperasikan mesin yang dikendalikan oleh kekuatan yang hidup(inanimate power). Setiap pekerja memiliki aturan dan tugas yang spesifik untuk bekerja pada proses-proses manufakturing. Hal ini sangatlah berbeda daripada pekerjaan yang dilakukan oleh serikat-serikat pekerja, dimana mereka menyelesaikan pekerjaan yang ada dengan peralatannya sendiri di temapat kerjanya masing-masing.
Pabrik bergantung pada kemampuan un tuk menggaji para pekerja-  tidak dikenal adanya kelas pekerja yang gratis di masa Eropa pertengahan. Kemampuan/keberadaan sekelompok pekerja yang harus dibayar ini tercipta sesuai dengan berjalannya waktu  sebagai hasil dari kegiatan ekonomi yang lain. Salah satu kejadian yang lebih penting adalah adanya enclosure movement di Inggris.
Permintaan akan wool mendorong perkembangan peternakan domba. Yang mengakibatkan tanah yang tertutup atau dipagari-untuk kebutuhan grazzing hewan.  Peristiwa  ini menyebakan terciptanya  perbudakan dalam jumlah yang besar, mereka yang sebelumnya bekerja lahan pertanian , bermigrasi dari desa  ke kota. Migrasi ini menciptakan sebuah kelas pekerja miskin yang tidak memiliki keahlian yang menjual melainkan hanya mengandalkan  tenaga  mereka. Migrasi besar ke kota-kota juga menyebabkan terciptanya standar dalam serikat buruh – dalam arti, seluruh sitem dalam serikat buruh - dirombak, hal ini karena  terlalu banyaknya persaingan buruh antar serikat pekerja
Dengan demikian, lembaran pergerakan ini mengubah budak yang menetap di lahan pertanian menjadi petani dan budak yang meninggalkan tanah menjadi bebas, berpindah-pindah, dan tidak memiliki tempat tinggal menjadi kelas para pekerja/buruh yang menjadikan serikat pekerja sebagai kekuatan resmi mereka. Selain itu, lembaran pergerakan ini juga mengubah persepsi penggunaan lahan - dengan munculnya masyarakat industri, tanah menjadi diterima sebagai objek perdagangan.  Hingga adanya revolusi Perancis tahun 1789, aset pertanahan (tanah, bangunan, peralatan, dan budak) adalah sumber keistimewaan kelas sosial. Proses yang mengubah aset pertanahan dari lahan umum untuk milik pribadi membutuhkan waktu yang cukup lama. Hal ini merepresentasikan sebuah ide baru, bahwa tanah, sebagai properti, dapat dimiliki. Di masa pertengahan Eropa, tanah disediakan tetapi tidak pernah dimiliki.
Perubahan besar lainnya adalah berkembangnya suatu kelas sosial menengah baru. Pedagang saat itu berada di antara produsen dan konsumen. Kenaikan kelas wirausaha ini juga  cukup penting dalam perkembangan kapitalisme.
Capitalisme Versus Feodalisme
Feodalisme menekankan pada tradisi. Kapitalisme tidaklah tradisional. Feodalisme memenjarakan inovasi, sedangkan kapitalisme mengembangkannya. Dalam feodalisme, aktivitas ekonomi adalah untuk memenuhi kebutuhan saat itu saja. Kapitalisme memakai perencanaan dan penggunaan teknologi yang rasional.
Dalam feodalisme terdapat kesetaraan sosial dalam sebuah kelas sosial yang sama, akan tetapi hal ini tidak berlaku untuk kelas sosial yang berlainan. Kapitalisme tidak memeperdulikan persamaan. Anak seorang juru ketik memiliki kesempatan yang sama dengan anak seorang tuan tanah untuk mencapai sukses dalam kerja. Kapitalisme menawarkan persamaan kesempatan.
Pengharapan akan keadilan sosial adalah dasar dari imbalan ekonomis pada masa pertengahan Eropa. Dalam kapitalisme tidak ada pengharapan semacam itu. Yang ada adalah pemikiran mengenai penggajian yang bebas. Dalam kapitalisme ada istilah “kami membayar pekerjaan, bukan orang”.
Kelangsungan hidup perusahaan, dan ilmu yang dibutuhkan untuk itu, adalah hal baru bagi pekerja yang digunakan dalam masyarakat tradisional dimana mereka berada kurang lebih adalah “bos bagi mereka. Pekerja seringkali tidak menyukai sistem yang baru. Gaji yang rendah dan kkondisi pekerjaan yang payah. Baik mereka bekerja atau tidak, mereka tergolong bodoh atau tidak baik dan tidak dapat dibedakan dari masyarakat kebanyakan.
Dalam feodalisme juga ada asumsi  Just Price. Kapitalisme menggantikannya denganCompetitive Wages –dimana gaji terendah harus dapat memaksimalkan profit( keuntungan). Kapitalisme menekankan pada tekanan dan tugas untuk bekerja keras. Sebuah motif yang sangat penting dari kapitalisme adalah pekerjaan untuk mengumpulkan harta/kekayaan.
Ahli ekonomi mengatakan perkembangan pasarlah yang membawa semua itu. Mereka memiliki target untuk meningkatkan perdagangan, untuk sebuah serangkaian  baru  dari tekanan produktif yang sangat besar, untuk sebuah perubahan dalam hubungan sosial sebuah produksi dan untuk membebaskan pergerakan atau mobilitas tenaga kerja yang terhampar dalam banyak sisi peraturan-peraturan lama da hukum yang bertentangan dengan kapitalisme.
Tinjauan keperilakuan menepatkannya pada pada kebangkitan dari Semangat Kapitalis. Ini adalah sebuah pemikiran bahwa seseorang akhirnya harus mengejar keuntungan untuknya sendiri dan harus merasionalisasikan semua hal dalam kehidupannya. Adam Smith, David Humme, dan Jeremy Benthara menganut dan menyebutnya doktrin yang menjelaskan Self-Interest.
Tinjauan keperilakuan menyediakan sebuah link yang penting : sebuah sistem nilai yang akan kompatibel dengan kapitalisme. Sistem nilai ini menjawab sebuah pertanyaan bahwa tidak ada penjelasan yang rasional : Mengapa seseorang bekerja sangat keras meskipun saat mereka sangat sejahtera? Max webber menganalisa tendensi ini dan menggolongkan bahwa ideologi dan nilai-nilai kapitalisme berakar pada Protestanisme. Nilai-nilai inherent dalam masa awal Calvinisme mempertajam pandangan dunia atas dunia kewirausahaan kelas menengah yang memulai kapitalisme.

Etika Protestan dan nilai-nilai kapitalisme
            Semua pesanan ekonomi dan sosial tergantung pada hubungan sosial yang menyenangkan dan pada set bersama kepercayaan dan sentimen. Penghematan, disiplin diri, dan rasionalitas merupakan satu set nilai-nilai yang "saleh" dan bahwa Weber disebut etos kapitalisme. Nilai-nilai ini, hilang di masyarakat non-kapitalis, yang terutama karakteristik pengusaha kelas menengah dan diperlukan untuk perkembangan kapitalisme.
            Pengembangan diperlukan enterprisers kapitalisme yang termotivasi untuk bekerja keras, menabung, mengumpulkan modal, dan memperluas bisnis mereka.Disiplin diri itu penting.
            Disiplin diri ini membutuhkan dukungan budaya umum, dan itu penting bahwa hal itu akan diperluas ke kelas pekerja. Untuk tujuan ini, sekolah didirikan untuk mempersiapkan orang untuk bekerja. Sekolah-sekolah menekankan nilai-nilai seperti menghormati otoritas, disiplin, ketepatan waktu, patriotisme, dan sebagainya. Nilai-nilai ini adalah bagian dari "etika Protestan".
            Dengan "etika Protestan" weber berarti kekuatan pendorong yang memaksa orang, atas dasar pelayanan kepada Tuhan, untuk bekerja keras dan tekun, berhemat, menabung, dan berinvestasi. Itu yang penjelasan Weber untuk kondisi psikologis yang memungkinkan perkembangan kapitalisme. Ini termasuk nilai-nilai, didasarkan pada teologi dari John Calvin dan Martin Luther, yang disesuaikan dengan bidang ekonomi oleh kelas meningkatnya pedagang Inggris. Ide-ide ini diterapkan dan keyakinan menyebabkan orang untuk berperilaku dengan cara yang kondusif, dan memiliki sikap yang diperlukan untuk, perkembangan kapitalisme.
            Penafsiran teologi Protestan oleh kelas kapitalis baru memberikan kontribusi terhadap perkembangan kapitalisme. Ini "baru" kata, atau teologi, berbeda drastis dari pandangan od Katolik abad pertengahan. Weber menggunakan perbedaan ini sebagai penjelasan atas fakta bahwa negara-negara Protestan adalah daerah yang paling subur bagi perkembangan kapitalisme.
            Penekanan pada disiplin diri dan kerja keras tumbuh dari keyakinan agama tertentu Protestan. Dalam Protestantisme individu berdiri sendiri di hadapan Allah dan karena itu bertanggung jawab langsung kepada Allah atas tindakan masing-masing. Mereka juga tidak bertanggung jawab kepada wakil suci Tuhan melalui gereja. Selanjutnya, Calvanists awal percaya pada doktrin predestinasi. Doktrin ini menyatakan bahwa seorang individu itu, sejak lahir, baik, baik di antara "diselamatkan" atau "belum selamat". Tidak ada orang lakukan dalam hidup mereka akan mengubah kondisi ini. Hanya Allah yang tahu kebenaran tentang status seseorang. Orang-orang pasti dan tinggal dalam kecemasan. Namun,'s perilaku satu di dunia ini, yang dapat dikendalikan, adalah "tanda" untuk seseorang nasib sebagai. Mereka yang diselamatkan menunjukkan tanda-tanda luar dari "memilih" status mereka dalam rorm dari kerajinan, hemat, disiplin diri, dan akumulasi kekayaan.
            Penolakan kesenangan duniawi dan kesuksesan benar di dunia melalui kerja keras-tanda-tanda lain dari kasih karunia yang menunjukkan salah satu mungkin di antara umat pilihan. Dengan demikian, kecemasan agama merasa lega melalui kerja keras jujur dan efisien.
            Teologi Protestan diaplikasikan pada bidang ekonomi dengan membuat dan rajin bekerja keras "mulia";, pekerjaan dianggap merendahkan. Historis Konsep dari "panggilan" (unik untuk Protestan) dikembangkan keselamatan. Itu adalah menguntungkan-tanda yang menunjukkan -jika berhasil pada panggilannya. Jadi, kerja dan doa identik: Kerja keras adalah bentuk doa, itu adalah salah satu yang memanggil. Pengabdian tersirat bahwa seseorang tidak harus beralih pekerjaan.memilih itu terus hidung mereka ke batu gerinda tersebut. Sebuah panggilan yang sangat terhormat itu harus dalam bisnis.
            Penekanan dalam kapitalisme pada akumulasi kekayaan juga sudah berakar pada doktrin agama. Hanya Allah yang bisa menilai perilaku seseorang.Karena orang harus melakukan perbuatan baik untuk melayani Tuhan, dan karena orang-orang bisa sukses di panggilan mereka dengan bekerja keras dan hidup dengan benar, gagasan "rasionalitas" muncul ke permukaan. Bertindak rasional berarti bahwa sumber daya yang digunakan dalam cara yang paling efisien dalam mengejar akhir - untuk berhasil dalam panggilan. Satu harus menyimpan dan berhemat. Kekayaan tidak akan disia-siakan atau digunakan untuk hidup gaya sok. Bahan menampilkan kekayaan dilarang. Karena seseorang seharusnya terlibat dalam penyangkalan diri dan menghindari kesenangan duniawi, uang yang diperoleh dari pekerjaan yang konsisten tidak digunakan kecuali untuk diinvestasikan dalam bisnis. Wise investasi tabungan itu baik rasional dan benar. Jadi calvanists awal menggunakan modal mereka untuk mengembangkan usaha mereka, mendirikan usaha baru, dan akhirnya mempekerjakan orang lain. Memberikan pekerjaan kepada orang lain dianggap menyenangkan Allah, itu merupakan tanda lain yang menguntungkan yang satu itu saleh dan di antara yang disimpan. Jadi, memiliki kebajikan dari pengusaha menunjukkan sukses di kehidupan religius dan sekuler. Namun menjadi seorang pengusaha sukses tidak cukup: pengusaha harus terus menyimpan, berinvestasi, dan tumbuh dengan cara apapun yang diperlukan. Akhir dan berarti adalah maksimalisasi laba, yang membutuhkan sikap yang keras kepala "orang" bisnis dan persaingan dengan orang lain melalui inovasi, teknologi, dan mengambil risiko.
            Gagasan persaingan individu, yang melekat dalam kapitalisme, juga dikembangkan dari keyakinan agama. Karena Calvanists menekankan bahwa seorang individu berdiri sendiri sebelum Maker, mereka percaya bahwa individu tidak harus percaya persahabatan orang lain dan tidak harus membangun hubungan dekat dengan orang lain karena mereka mungkin di antara yang terkutuk. Selanjutnya, jika ada yang dinilai oleh perusahaan satu terus, kemudian persahabatan dengan orang-orang berdosa mungkin mungkin memiliki konsekuensi negatif: Grace Allah harus ditarik dengan mengerikan bagi konsekuensi satu bisnis.'s Gagasan adalah bahwa seseorang harus menjadi "individu", kerja keras, menyimpan, dan berdiri sendiri di hadapan Allah. Melakukan hal ini, individu tidak akan bingung dengan orang lain bekerja. Karena individu akan masuk surga hanya mereka sendiri pada, tanggung jawab mereka hanyalah kepada Allah. Pikiran orang lain tidak penting.
            Revolusi agama mempengaruhi sikap umum terhadap pekerjaan, kemiskinan, dan rekreasi.. Misalnya, kemiskinan adalah tanda bahwa orang itu malas atau tidak bertanggung jawab secara moral Kemiskinan tidak berkenan kepada Allah. Itu adalah tanda bahwa seseorang tidak termasuk yang diselamatkan.
            Kelas pedagang naik terkait diri untuk nilai-nilai baru dan diperluas pada mereka. Protestantisme membuat pedagang dapat diterima dan sah daripada paria.
           Singkatnya, etika Protestan memberikan kontribusi terhadap perkembangan kapitalisme dengan memberikan motivasi terhadap kerja dan kewirausahaan. Hal ini juga menyediakan jenis orang yang dibutuhkan untuk kapitalisme: jujur, mabuk, impersonal, rasional. Seperti kapitalisme menjadi lebih formal dan dilembagakan, itu tergantung kurang pada motivasi agama dan memandang ke dan berupa uang motivasi utilitarian.

Perspektif pada pekerja
Calvinis memandang bekerja sebagai kemuliaan, tetapi pekerja sebagai pengurang kebajikan. Jika pekerja itu berbudi luhur, akan ada tanda-tanda lahiriah dari keberhasilan. Awal industrialisasi, menyertai filsafat sosial Darwinisme, meyakini pekerja menjadi rendah karena mereka masih berjuang untuk bertahan hidup. Gerakan manajemen ilmiah, yang terkait dengan kerja Frederick Taylor di awal 1900-an, pekerja dipandang sebagai dasarnya malas dan hanya tertarik pada keuntungan ekonomi. Pada tahun 1920-an pekerja dipandang sebagai sebuah paket sifat yang dapat dipahami melalui pengujian ekstensif. Gerakan hubungan manusia dari tahun 1930-an, penumbuhan kerja oleh Elton Mayo, pekerja dianggap sebagai manusia, tapi masih memperlakukan mereka sebagai faktor biaya.
Ideologi dari awal industrialisasi, berdasarkan tradisi masyarakat feodal, adalah bahwa si kaya dan kelas atas bertanggung jawab kepada masyarakat miskin. Kemiskinan dilihat sebagai kondisi ekonomi. Kelas atas memiliki kewajiban untuk berpikir dan berbadi kepada masyarakat miskin. Masyarakat miskin (pekerja) harus bekerja dan harus bermoral, rendah hati, dan beragama.
Pada tahap selanjutnya dari industrialisasi Inggris (sekitar 1800) kelas pekerja datang untuk dilihat sebagai faktor produksi (masih bodoh dan kekanak-kanakan), tetapi sekarang bergantung pada diri mereka sendiri. Para tradisionalisme lama menginterfensi dengan disiplin. Hubungan kerja menjadi kurang pribadi. Kemiskinan, sekarang dilihat sebagai akibat dari kemalasan dan kebejatan. Kemiskinan, ekonomis berguna dalam menjaga tingkat upah yang rendah, dapat diatasi hanya dengan memegang kebajikan. Untuk tujuan ini, sekolah amal dan sekolah Minggu didirikan di Inggris untuk mempromosikan agama dan disiplin.
Ideologi baru mengatakan kelas atas tidak lagi bertanggung jawab atas miskin. Keyakinan itu dibenarkan oleh banyak pihak, termasuk Malthus, yang esai pada populasi berpendapat bahwa hal-hal tatanan alam membuktikan bahwa orang kaya tidak bisa selalu mengurus orang miskin. Setelah semua, masyarakat miskin bertanggung jawab atas kondisi mereka sendiri karena mereka menambahkan populasi di suatu dunia di mana pasokan makanannya tetap.
Sebuah ideologi swadaya kemudian muncul yang mengatakan siapa pun, biarpun miskin, dapat menjadi sukses. Doktrin ini, yang menekankan kemauan dan kerja keras, bersama dengan beberapa ide calvanist, menjadi ideologi industrialis Amerika awal.
Selama akhir 1800-an konsep swadaya dan Darwinisme sosial populer di Amerika karena kesempatan yang tampaknya tak terbatas. Kesuksesan dan kekayaan adalah tanda-tanda kemajuan dan penghargaan. Itu adalah dunia di mana hanya yang paling mampu dan gigih yang dapat bertahan. Gerakan "pemikiran baru" (1895-1915) mengatakan lebih lanjut bahwa inisiatif, usaha individu, dan sikap positif terhadap pekerjaan adalah kunci sukses bagi siapa saja yang mengupayakan mencapai tujuan. (Pada saat ide-ide ini disebarluaskan, pekerja sudah terbentuk serikat pekerja, dan mengadopsi ideologi ini akan merusak solidaritas. Oleh karena itu ide "pemikiran baru " ditolak oleh pekerja.)
Ide swadaya diperpanjang ke titik di mana manajemen melihat setiap pekerja sebagai seorang kapitalis potensial. Kerja keras dan visi adalah diperlukan. Dalam lingkungan laissez-faire, pekerja dilihat sebagai agen bebas yang selalu memiliki pilihan bebas untuk meninggalkan pekerjaan yang buruk dan menemukan yang lebih baik.
Gerakan manajemen ilmiah (1912) memiliki tema kerjasama manajemen-buruh. Taylor percaya bahwa nilai pekerja ditentukan oleh pengujian ilmiah dan pelatihan daripada keberhasilan pekerja dalam perjuangan untuk bertahan hidup. Ada satu cara terbaik untuk melakukan pekerjaan. Jika ini pendekatan yang terbaik ini diikuti, baik tenaga kerja dan manajemen akan menghasilkan lebih banyak dan konflik pekerja-manajemen akan diselesaikan.
Selama tahun 1920-an, ideologi manajemen Amerika menekankan pada kerja tim, atau kerjasama antara pekerja dan manajemen. Keberhasilan manajer kini terlihat sebagai konsekuensi dari kemampuan dan pelatihan daripada tanda kebajikan. Pekerja, meskipun dipandang sebagai manusia, masih harus dipimpin karena mereka tidak masuk akal, kurang inisiatif, dan termotivasi hanya dengan insentif ekonomi. Kebajikan calvanist lama yang menuju kesuksesan usang dalam organisasi birokrasi abad kedua puluh.
Pada akhir 1920-an dan awal 1930-an, para manajer menjadi percaya bahwa lebih penting untuk menjelaskan sikap dan perilaku pekerja daripada terlibat dalam penghukuman moral. Manajer datang untuk mengakui bahwa orang-orang bekerja untuk hal-hal lain selain uang. Pekerja menjadi konglomerat dari sifat yang dapat diukur dan diidentifikasi. Ada pergeseran dari melihat tindakan pekerja ke melihat perasaan mereka dan sikap. sistem klasifikasi kerja dan tes bakat dikembangkan selama periode ini. Kebutuhan pekerja diakui.
Elton Mayo dan rekan kerja menemukan adanya norma kelompok antara karyawan dan menunjukkan bahwa orang memiliki kepentingan lain selain diperlukan dan para manajer harus mempertimbangkan pekerjaan mereka sebagai kebutuhan sosial dan para manajer harus menyediakan jenis lingkungan kerja dimana semangat kerjasama akan mendorong seperti satu set sikap positif pekerja. Jika pekerjaan itu tidak menarik, maka manajemen harus menunjukkan minat pada pekerja. Jika pekerjaan tidak memberikan kepuasan, maka manajemen harus mencari cara lain untuk membuat para pekerja merasa rasa puas, karena Mayo memegang pekerja puas lebih produktif. Ini adalah dasar untuk gerakan hubungan manusia: yang bergaul dengan orang lain dan membangun tim yang produktif adalah keterampilan yang paling penting.
Setelah gerakan hubungan manusia dari tahun 1930-an, pekerjaan diperluas dan dirotasikan. Jika memungkinkan, pekerjaan yang dilakukan kurang rutin dan dalam beberapa pekerja industri diminta untuk berpartisipasi dalam beberapa organisasi keputusan keputusan. Kebijakan personil ini sering memakan biaya lebih, tetapi manajemen menemukan bahwa mereka meningkatkan kepuasan karyawan. Industri Amerika modern sekarang ditandai dengan pandangan kerja dan pekerja.


ASUMSI MENGENAI PERILAKU MANUSIA
Baik ahli teori ekonomi klasik maupun ahli teori manajemen klasik berasumsi bahwa tujuan utama dari kegiatan bisnis adalah mencapai maksimisasi keuntungan dan bahwa anggota kelompok mau melakukan hal tersebut karena termotivasi oleh faktor ekonomi. Ahli teori ini mengasumsikan bahwa para pekerja akan terlibat dalam perilaku yang akan memaksimalkan pendapatan dan meminimalkan biaya. Dari asumsi tersebut, ahli teori selanjutnya berpendapat bahwa pekerjaan yang orang-orang lakukan pada dasarnya tidaklah menyenangkan dan mereka akan lebih memilih untuk menghindarinya bila memungkinkan. Orang-orang dalam teori ini diasumsikan malas dan tidak efisien, dan hanya dengan memberikan insentif lah yang dapat memotivasi orang untuk bekerja.

Mengingat asumsi mengenai bisnis dan perilaku manusia yang seperti itu, maka dibuatlah sistem akuntansi pada saat itu untuk membantu manajemen memaksimalkan keuntungan, mengukur dan mengawasi kinerja perusahaan, dan merencanakan masa depan secara rasional. Dengan demikian, sebagai penyedia utama informasi kepada manajemen, akuntan dapat memilih informasi yang mereka dianggap paling berguna bagi manajemen. Mereka juga akan memutuskan bagaimana menyampaikan informasi tersebut dan kepada siapa informasi tersebut seharusnya diberikan.

Teori organisasi modern memberikan pandangan yang berbeda dari asumsi tentang tujuan perusahaan bisnis dan perilaku anggota organisasi. Pertama, tidak ada tujuan utama, seperti maksimalisasi keuntungan. Apabila tujuan utama tersebut ada, hal itu dimungkinkan untuk kelangsungan hidup organisasi. Dalam pandangan teori organisasi modern, perusahaan bisnis mengejar banyak tujuan, yang bisa berubah karena lingkungan eksternal atau karena perubahan tujuan perusahaan akibat adanya dominasi dari anggota organisasi. Selain itu, dalam beberapa kasus, tujuan organisasi tertentu mungkin saja menimbulkan konflik dengan tujuan-tujuan lain sehingga tujuan awal perusahaan harus berubah. Singkatnya, tujuan perusahaan, menurut ahli teori modern, jauh lebih kompleks daripada tujuan perusahaan menurut ahli teori modern.

Sama dengan tujuan perusahaan yang kompleks, ahli teori modern juga melihat perilaku manusia sebagai perilaku yang kompleks. Orang-orang sudah mulai tidak termotivasi lagi oleh insentif, tetapi sekarang ini orang-orang termotivasi oleh kondisi sosial, psikologis, dan kondisi ekonomi dan kebutuhan mereka. Motivasi ini berbeda antara orang yang satu dengan orang yang lainnya tergantung pada latar belakang dan kondisi kehidupan mereka saat itu. Ahli teori modern melihat pekerjaan sebagai penyaluran potensi diri untuk mendapatkan arti/makna dan kepuasan dalam hidup. Orang akan bekerja, dan menikmatinya, jika pekerjaan tersebut dapat memenuhi beberapa kebutuhan dasar mereka. Jadi, seharusnya manajer tidak membabi buta mengejar keuntungan yang lebih besar, tetapi manajer harus dapat menjadi pemecah masalah di dalam perusahaan, koordinator, dan pengambil keputusan peran-peran tersebut dimaksudkan untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, baik jangka pendek maupun jangka panjang.


Dalam pandangan asumsi seperti itu, akuntansi dipandang sebagai suatu sistem informasi yang menyediakan, data yang tepat dan relevan untuk digunakan dalam pengambilan keputusan. Selanjutnya, supaya pemanfaatan berbagai perencanaan, pengendalian, dan laporan keuangan maksimal, sistem akuntansi harus didasarkan pada kesadaran akan kompleksitas perilaku manusia dan pemahaman tentang bagaimana orang akan cenderung untuk bereaksi terhadap informasi akuntansi. Ini berarti bahwa agar sistem akuntansi dapat bermanfaat bagi organisasi bisnis modern, maka sistem akuntansi tersebut harus dapat melaporkan lebih dari sekedar data keuangan, yaitu juga seluruh informasi mengenai sistem manajemen. Para akuntan yang merancang sistem tersebut harus menyadari sifat kompleksitas dari tujuan organisasi dan faktor sosial, psikologis, dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.