Senin, 29 September 2014

CHAPTER 3 BEHAVIORAL CONCEPTS FROM PSYCHOLOGY AND SOCIAL PSYCHOLOGY by Gary Siegel

RESUME 

Behavioral Accounting, 
(Akuntansi keperilakuan) Gary Siegel

CHAPTER 3

BEHAVIORAL CONCEPTS FROM PSYCHOLOGY
AND SOCIAL PSYCHOLOGY

konsep keperilakuan dari pisikologi dan pisikologi sosial

Faktor-faktor psikologis dan psikologis sosial yang berkaitan dengan akuntan keperilakuan adalah sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran, dan kepribadian.

ATTITUDES (SIKAP)
Sikap adalah kecenderungan yang berasal dari proses belajar untuk berekasi secara konsisten baik dengan cara yang disukai (favorable) maupun tidak disukai (unfavorable) terhadap obyek sikap yang bisa berupa orang, benda, ide ataupun kejadian.
Dari definisi tersebut perlu diperhatikan bahwa sikap adalah suatu kecenderungan untuk merespon bukannya respon itu sendiri. Sikap bukanlah perilaku. Sikap lebih menggambarkan kesiapan untuk bertindak atau berperilaku. Jadi sikap menggerakkan dan mengarahkan perilaku.
Sikap berasal dari proses belajar, dibangun dengan baik dan sulit untuk diubah. Seseorang dapat mempelajari sikap dari pengalaman pribadi, orang tua, teman sebaya dan kelompok sosial. Ketika sudah dipelajari, sikap akan menjadi bagian dari kepribadian seseorang. Kalau sikap terjadi dalam waktu lama dan konsisten akan membentuk perilaku.
Akuntan keperilakuan berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai sikap untuk memahami dan meramalkan perilaku. Akuntan keperilakuan mungkin berkepentingan dalam sikap pekerja terhadap paket kompensasi yang diusulkan, sikap auditor internal terhadap pengenalan paket software yang baru dan sikap konsumen terhadap perubahan kemasan produk.
Komponen-komponen Sikap
Sikap mempunyai 3 komponen, yaitu:
1  .     Komponen kognitif, terbentuk dari gagasan, persepsi dan kepercayaan yang dimiliki mengenai obyek sikap. Selain itu komponen kognitif juga berkaitan dengan informasi yang dimiliki mengenai obyek sikap dan stereotip atau generalisasi yang mungkin dibuat.
2 .     Komponen emosional atau afektif, merujuk pada perasaan yang dimiliki terhadap obyek sikap. Perasaan postif meliputi rasa menyukai, respek atau empati. Perasaan negatif meliputi tidak menyukai, takut atau benci.
3 .     Komponen keperilakuan, berkenaan dengan bagaimana rekasi seseorang terhadap obyek sikap.
Kepercayaan, Opini, Nilai dan Kebiasaan
Konsep-konsep yang sangat berhubungan dengan sikap adalah kepercayaan, opini, nilai dan kebiasaan. Secara luas,kepercayaan didefinisikan sebagai komponen kognitif dari sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada bukti ilmiah, prasangka atau intuisi. Apakah kepercayaan itu sesuai atau tidak dengan kenyataan, tidak akan mempengaruhi potensi dari kepercayaan untuk membentuk sikap atau perilaku. Seseorang dapat mempunyai beberapa kepercayaan yang tidak saling berkaitan satu sama lain mengenai suatu obyek sikap. Tidak perlu ada kesesuaian antara kepercayaan, sikap dan perilaku dasar.
Opini dapat didefinisikan sebagai sinonim dari sikap dan kepercayaan. Secara umum, opini lebih dipandang sebagai konsep yang terbatas daripada sikap. Seperti kepercayaan, opini berhubungan dengan komponen kognitif dari sikap dan memberi perhatian utama pada bagaimana seseorang menilai suatu obyek. Ketika penilaian menjadi kenyataan, opini tiba pada akhir proses intelektual. Jika tidak, maka dibutuhkan dasar kepercayaan atau bukti yang lebih kuat.
Nilai adalah tujuan hidup dan standar perilaku yang penting. Nilai adalah landasan dan pandangan dasar yang menjadi orientasi bagi seseoramg untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan yang digunakan oleh orang-orang untuk membedakan mana yang bagus dan bermanfaat serta mana yang jelek dan tidak sopan. Nilai akan mempengaruhi sikap dan kemudian perilaku. Nilai adalah elemen yang paling penting dan pokok dalam pembentukan sikap. Nilai lebih umum daripada sikap. Jika sikap berhubungan dengan obyek spesifik seperti kebanyakan perusahaan, orang atau situasi, maka nilai tidak berhubungan dengan obyek tunggal manapun.
Kebiasaan adalah pola-pola perilaku yang dilakukan secara tidak sadar, otomatis dan berulang-ulang. Kebiasaan berbeda dari sikap dan sikap bukanlah perilaku.
Fungsi-Fungsi dari Sikap
Sikap mempunyai 4 fungsi utama, yaitu:
1  .     Pemahaman (Understanding)
Fungsi pemahaman atau pengetahuan membantu seseorang untuk memberikan arti atau untuk memberi makna bagi situasi atau kejadian yang baru. Jadi, sikap membolehkan seseorang untuk menilai situasi baru dengan cepat tanpa perlu mengumpulkan semua informasi yang relevan mengenai situasi tersebut.
2  .     Pemenuhan Kebutuhan (Need Satisfaction)
Misalnya, seseorang cenderung membentuk sikap positif terhadap obyek yang memenuhi kebutuhan mereka dan sikap negatif terhadap obyek yang menghalangi kebutuhan mereka.
3  .     Pertahanan Diri (Ego Defense)
Sikap dapat dikembangkan atau diubah untuk melindungi seseorang dari kepercayaan dasar mengenai diri mereka atau dunia (untuk menyatakan bahwa mereka itu benar).
4  .     Ekspresi Nilai (Value Expression)
Seseorang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri mereka sesuai dengan sikap mereka. Sikap mungkin akan memberitahukan siapakah seseorang itu dan untuk apa orang itu ada.
Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan sikap merujuk pada pengembangan sikap terhadap obyek yang tidak pernah ada atau terjadi sebelumnya. Perubahan sikap merujuk pada penggantian sikap yang baru untuk suatu obyek yang pernah ada atau terjadi sebelumnya.
Sikap terbentuk dari dasar faktor psikologis, personal dan sosial. Faktor psikologis dan genetis mungkin membentuk kecenderungan terhadap pengembangan beberapa sikap. Cara yang paling pokok dalam pembentukan sikap adalah berdasarkan pengalaman langsung dengan obyek. Pengalaman yang menyenangkan atau tidak menyenangkan dengan obyek, pengalaman traumatis dan pengembangan stereotip adalah contoh dari faktor-faktor personal yang mempengaruhi pembentukan sikap. Kekuatan sosial yang mempengaruhi pembentukan sikap antara lain pengaruh orang tua dan teman sebaya, pengaruh sekolah, reference groups dan media massa.
Seringkali, manajer berkepentingan terhadap perubahan sikap orang-orang sehingga menjadi perilaku yang menguntungkan.
Teori-teori Perubahan Sikap
·         Stimulus - Response and Reinforcement Theories (Teori Respon – Stimulus dan Penguatan)
Berdasarkan teori ini perubahan sikap terfokus pada bagaimana orang-orang merespon stimulus tertentu. Respon biasanya akan diulang-ulang jika dirasa bermanfaat atau menguntungkan. Teori ini memberikan perhatian lebih pada komponen stimulus daripada respon.
·         Social Judgement Theory (Teori Keputusan Sosial)
Teori ini menganggap bahwa perubahan perilaku itu merupakan hasil perubahan dari bagaimana orang memandang suatu obyek daripada perubahan kepercayaan mengenai obyek itu sendiri. Teori ini memandang bahwa kita bisa membuat perubahan kecil pada sikap individu jika kita tahu mengenai struktur sikap orang tersebut sebelumnya dan jika kita menggunakan cara sedikit mengancam untuk membuat perubahan. Asumsi dasarnya adalah bahwa usaha untuk membuat perubahan besar pada sikap biasanya akan mengalami kegagalan karena banyaknya perubahan tidak akan sesuai untuk subyek. Tetapi perubahan kecil pada sikap adalah mungkin jika kita mengetahui batasan perubahan yang bisa diterima.
·         Consistency and Dissonance Theory (Teori Konsistensi dan Ketidaksesuaian)
Beberapa teori perubahan sikap berasumsi bahwa orang mencoba untuk memelihara konsistensi atau kesesuaian antara sikap dan perilaku mereka. Teori ini menekankan pentingnya gagasan dan kepercayaan seseorang. Teori ini berpandangan bahwa perubahan sikap adalah proses rasional dan kognitif bagi seseorang, ketika diketahui ada ketidakkonsistenan antara sikap dan perilaku, sehingga termotivasi untuk memperbaiki ketidakkonsistenan dengan mengubah salah satu diantara sikap atau perilaku. Asumsi dasar bagi teori seperti ini adalah bahwa orang tidak bisa menoleransi ketidakkonsistenan.
Teori konsistensi menganggap bahwa hubungan antara sikap dan perilaku adalah dalam keadaan seimbang jika tidak ada tekanan kognitif dalam sistem. Ketidaksesuaian teori adalah variasi dari teori konsistensi. Teori ini menekankan pada hubungan antara elemen-elemen kognitif. Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua pengertian yang bertentangan. Teori ini beranggapan bahwa ketidaksesuaian akan memotivasi orang untuk mengurangi atau mengeliminasi ketidaksesuaian tersebut. Di sini diasumsikan bahwa karena ketidaksesuaian secara psikologis biasanya tidak menyenangkan, maka orang lbih memilih untuk menghindarinya. Ketidaksesuaian akan berkurang dengan mengurangi jumlah atau kepentingan elemen-elemen ketidaksesuaian.
·         Self-Perception Theory (Teori Persepsi Diri)
Teori Persepsi Diri beranggapan bahwa orang-orang mengembangkan sikap berdasarka bagaimana mereka mengamati dan mengartikan perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa sikap tidak menetuka perilaku, tetapi lebih beranggapan bahwa sikap terbentuk setelah perilaku terjadi, sehingga sikap akan konsisten dengan perilaku. Berdasarkan teori ini, sikap akan berubah hanya setelah perilaku berubah. Akuntan keperilakuan pertama kali harus mengubah perilaku, perubahan sikap akan mengikuti.
MOTIVASI
Motivasi adalah proses untuk memulai tindakan yang berguna. Ini adalah kunci untuk memprakarsai, mengendalikan, meneruskan dan mengarahkan perilaku. Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subyektif yang terjadi selama proses ini.
Motivasi adalah konsep penting untuk akuntan keperilakuan karena efektifitas perusahaan tergantung pada kinerja pegawai sebagaimana yang diharapkan. Manajer dan akuntan keperilakuan harus memotivasi pekerja untuk melakukan pekerjaan sesuai dengan level yang diharapkan sehingga tujuan organisasi tercapai. Motif adalah proses tunggal yang memicu proses motivasi.
Need Theory (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang sangat dikenal adalah Hirarki Kebutuhan Maslow. Teori ini beranggapan bahwa orang-orang termotivasi oleh keinginannya untuk memenuhi kelompok urutan hirarki kebutuhan: kebutuhan fisiologis dasar (makanan, udara, seksual); kebutuhan keamanan (keamanan fisk dan fisiologis); kebutuhan sosial dan belongingness (persahabatan, cinta); kebutuhan penghargaan (kehormatan diri, pengakuan, kekuasaan dan status); serta kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Teori Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan di urutan yang lebih rendah, maka kebutuhan di urutan yang selanjutnya menjadi penting untuk mengarahkan perilaku. Ketika suatu kebutuhan telah terpenuhi maka sudah tidak bisa menjadi motivator lagi.
Konsep hirarki kebutuhan tidak didukung dengan baik oleh penelitian empiris. Ini karena di Amarika kebutuhan dasar kebanyakan orang telah terpenuhi, banyak yang mempertanyakan mengenai gagasan pemisahan struktur kebutuhan manusia yang kompleks ke dalam urutan hirarkis dan juga teori ini tidak membolehkan adanya prediksi terhadap perilaku.
Di samping kelemahan-kelemahan tersebut, Teori Kebutuhan Maslow sangat penting untuk diketahui oleh manajer dan akuntan keperilakuan karena perhatian utamanya pada kebutuhan individual dan mengakui bahwa insentif yang sama mungkin tidak memenuhi kebutuhan setiap orang.
The ERG Concept merupakan perbaikan dari hirarki kebutuhan. Ia mengemukakan tiga kategori kebutuhan: existence (keinginan fisik dan materi); relatedness (persahabatan, belonging); dan growth (pengembangan diri dan self-fulfillment). Konsep ini berbeda dari Hirarki Kebutuhan Maslow, dimana tidak ada urutan kebutuhan, dan meskipun suatu kebutuhan telah terpenuhi tetapi masih bisa menjadi motivator yang dominan.
Teori kebutuhan ketiga dari motivasi adalah McClelland's Need-for-Achievement Theory (Teori Kebutuhan atas Pencapaian McClelland), yang beranggapan bahwa semua motif – termasuk kebutuhan akan penghargaan – dipelajari. Sehingga, waktu yang tepat untuk membangun motif ini adalah selama masa kanak-kanak ketika masih memungkinkan pembelajaran struktur, sehingga anak tersebut akan meningkatkan harapannya dan membangun kebiasaan bekerja untuk mencapai harapan tersebut.
Teori Dua Faktor Hezberg terfokus pada dua set hasil yang akan diperoleh dari kerja: yang berhubungan dengan job satisfaction (motivators) dan yang berhubungan dengan job dissatisfaction (hygiene factors). Motivators, berkaitan dengan kepuasan dari pekerjaan, seperti promosi, pengakuan, tanggung jawab, kerja itu sendiri dan potensi untuk aktualisasi diri. Hygiene factors, berkaitan dengan keadaan atau suasana kerja, atau lingkungan dimana pekerjaan dilakukan, termasuk keamanan kerja, gaji, kebijakan perusahaan, kondisi kerja dan hubungan personal di tempat kerja.
Teori ini beranggapan bahwa motivators berkaitan dengan job satisfaction tetapi tidak dengan job dissatisfaction dan hygiene factors berkaitan dengan job dissatisfaction tetapi tidak dengan job satisfaction. Jadi, karyawan termotivasi denan hal-hal seperti penghargaan dan promosi di perusahaan. Kenaikan gaji tidak akan memotivasi, tetapi hanya akan mencegah job dissatisfaction.
Expectancy Theory (Teori Pengharapan)
Teori Pengharapan dari motivasi berasumsi bahwa level motivasi untuk melakukan suatu pekerjaan tergantung pada kepercayaan yang dimiliki mengenai struktur hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Dengan kata lain, motivasi terjadi ketika seseorang mengharapkan untuk memperoleh hasil yang nyata dari pekerjaan yang dilakukan.
Secara umum, motivasi adalah hasil dari pengharapan, instrumentality dan valensi. Pengharapan berkaitan dengan kemungkinan yang dirasakan bahwa tindakan spesifik akan menghasilkan penghasilan yang spesifik. Valensi adalah kekuatan dari keinginan seseorang untuk memperoleh penghasilan yang nyata. Instrumentality berkaitan dengan efek yang dihasilkan oleh suatu penghasilan pada penghasilan di masa yang akan datang.
Teori ini membedakan antara penghargaan (reward) intrinsik dengan penghargaan ekstrinsik. Penghargaan intrinsik berasal dari dalam diri dan dihasilkan dari melakukan pekerjaan itu sendiri, yaitu meliputi perasaan berprestasi yang mungkin didapat dari melakukan pekerjaan dengan baik atau perasaan puas yang didapat ketika suatu proyek dapat diselesaikan dengan sukses. Penghargaan ekstrinsik meliputi gaji, penghargaan, keamanan kerja dan promosi, yang menunjukkan hasil dari pekerjaan. Teori ini menganggap bahwa motivasi adalah fungsi dari penghargaan intrinsik dan penghargaan ekstrinsik.
PERSEPSI
Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat dan menilai suatu kejadian, obyek dan orang. Seseorang bertindak dengan dasar persepsi mereka tanpa menghiraukan apakah persepsi tersebut menggambarkan realita secara akurat atau tidak. Pada kenyataannya, realita adalah persepsi yang diinginkan oleh masing-masing orang. Seseorang mungkin mendeskripsikan realita jauh berbeda dari deskripsi orang lainnya. Definisi formal dari persepsi adalah proses pemilihan, pengadaan dan penginterpretasian stimulus sehingga menjadi gambaran yang berarti dan logis mengenai dunia.
Manajer dan akuntan keperilakuan harus membangun persepsi yang akurat mengenai orang-orang yang berhubungan dengannya. Akuntan keperilakuan perlu untuk mengetahui mengenai persepsi karena persepsi yang membentuk gagasan dan sikap yang mempengaruhi perilaku. Jika pekerja yang potensial merasa kebijakan promosi dan kompensasi perusahaan itu wajar, maka orang itu akan senang bergabung dengan perusahaan dan menjadi pekerja yang terpuaskan. Jika kebijakan dirasa tidak adil maka pekerja yang prospektif akan bergabung dengan perusahaan lain atau produktifitasnya tidak optimal.
Physical Stimuli Versus Individual Predispositions
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai dunia karena persepsi tergantung pada physical stimuli dan individual predispositions. Physical stimuli (stimulus psikis) adalah masukan sensor mentah seperti penglihatan, suara dan sentuhan. Individual predispositions (kecenderungan individual) meliputi motif, kebutuhan, sikap, past-learning dan harapan. Persepsi bisa berbeda antara orang yang satu dengan yang lain karena penerima rangsangan, yaitu seorang individu, berfungsi secara berbeda, tetapi terutama karena perbedaan kecenderungan. Jdi, satu kebijakan perusahaan akan dirasa berbeda bagi pekerja produksi, manajer menengah dan manajemen puncak.
Empat faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah familiarity, feelings, importance dan emotions. Pada umumnya orang menerima obyek yang dikenal lebih cepat daripada obyek atau orang yang tidak dikenal. Perasaan orang terhadap obyek atau orang lain juga menyebabkan persepsi. Ada kepentingan bagi seseorang untuk mencari lebih banyak informasi mengenai obyek yang menurut perasaan mereka sangat positif atau negatif. Sama halnya dengan semakin penting seseorang atau suatu obyek maka semakin banyak informasi yang dicari.
Pada akhirnya, keadaan emosional dapat menyebabkan persepsi. Persepsi mungkin berbeda tergantung pada apakah kita sedang mengalami hari yang baik atau hari yang buruk, apakah kita merasa senang atau dalam keadaan depresi.
Seleksi, Organisasi, Suatu Interpretasi dari Stimulus
Persepsi adalah proses dimana kita menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan stimulus. Kita hanya dapat merasakan sebagian kecil dari seluruh stimulus to which we are exposed. Jadi, secara sengaja atau tidak kita memilih apa yang kita rasakan. Sehingga, kita berkonsentrasi atau mengambil beberapa hal dan mengabaikan yang lain. Biasanya kita memilih untuk mempersepsikan hal-hal yang kita rasakan menarik dan penting. Apa yang kita pilih tergantung pada sifat dasar stimulus, harapan dan motif kita. Sifat dasar stimulus termasuk faktor seperti keadaan fisik, desain, perbedaan dengan stimulus lain, dan brand names. Harapan berdasar pada pengalaman dan kondisi kita sebelumnya.
Orang biasanya mencari stimulus yang simpatik dan menyenangkan dan menjauhi stimulus yang menyiksa dan mengancam. Mereka mungkin menghapus informasi yang tidak konsisten dengan kepercayaan yang ada untuk melindungi diri mereka dari stimulus yang terlalu banyak.
Orang mengatur stimulus ke dalam kelompok dan merasakannya sebagai kesatuan yang utuh. Jika informasi yang ada tidak lengkap, maka orang tersebut akan mengisi kekurangan itu dan selanjutnya bersikap seolah mereka telah mendapatkan informasi yang lengkap mengenai situasi tersebut. Penilaian persepsi tergantung pada pengalaman sebelumnya, dan keanggotaan kelompok sosial. Jika stimulus dirasakan ambigu, orang akan mengartikannya secara konsisten dengan kebutuhan, kesukaan dan sikap mereka.
Persepsi berubah oleh stereotip yang diterima, informasi yang andal dari sumber yang terpercaya, tergantung pada kesan pertama, dan menuju pada kesimpulan. Persepsi juga mungkin berubah karena kesalahan logis dimana kesan utama mengenai seseorang hanya didasarkan pada karakteristik yang diketahui.
Berhubungan dengan kesalahan logis dalam persepsi adalah efek halo, dimana kita mengeneralisasikan dari satu set kualitas menjadi set kualitas yang nonrelevan. Pertahanan perseptual timbul karena orang-orang tidak ingin persepsinya terbukti salah. Jadi orang-orang mungkin mengabaikan atau menghapus informasi yang menyebabkan timbulnya pertanyaan pada persepsi yang ada.
Relevansi Persepsi Bagi Akuntan
Akuntan keperilakuan dapat mengaplikasikan pengetahuan mengenai persepsi terhadap beberapa aktivitas organisasi, misalnya dalam penilaian kinerja dan pemilihan pekerja. Selalu ada risiko dalam pembuatan keputusan bisnis. Keputusan yang dibuat oleh manajer mungkin tergantung pada risiko yang mungkin diterima dan toleransinya terhadap risiko tersebut.
Biasanya, perbedaan persepsi dapat menyebabkan masalah komunikasi dalam perusahaan. Persepsi yang salah juga mungkin memicu ketegangan dalam hubungan interpersonal di tengah kerja.
PEMBELAJARAN
Pola pemikiran dan perilaku yang dibawa oleh seseorang pada lingkungan kerjanya merefleksikan pengalaman, persepsi dan motivasi pribadinya. Pola perilaku seperti itu mungkin tidak sesuai untuk perusahaan. Untuk itu, akunyan keperilakuan harus tahu mengenai prinsip-prinsip teori pembelajaran dalam rangka memperbaiki persepsi pekerja dan memodifikasi perilaku yang tidak sesuai.
Pembelajaran adalah proses yang harus dijalani agar suatu perilaku baru dapat terbentuk. Ia terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman dan pengulangan respon terhadap stimulus atau situasi yang nyata. Kombinasi dari motivasi, pengalaman dan pengulangan terjadi dalam dua bentuk: classical conditioning dan operant conditioning.
Classical Conditioning (Pavlov's Dog)
Berdasarkan penelitian Pavlov, anjing akan meneteskan air liur tidak hanya ketika diletakkan makanan di moncongnya, tetapi juga ketika ia melihat makanan. Makanan adalah stimulus yang tidak dikondisikan yang menyebabkan perilaku refleks terjadi. Perilaku yang tidak dikondisikan tidak dipelajari.
Dalam eksperimennya, Pavlov membunyikan bel terlebih dahulu baru kemudian memberi makanan kepada anjing tersebut. Pertama kali, anjing hanya mengeluarkan air liur ketika makanan disajikan. Tetapi setelah percobaan tersebut diulang, anjing itu selalu mengeluarkan air liur ketika bel dibunyikan. Dalam kasus ini, suara bel (stimulus) diikuti oleh respon yang tidak dikondisikan. Respon yang tidak dikondisikan adalah sesuatu yang dipelajari. Hubungan antara stimulus dan respon yang tidak dikondisikan disebut classical conditioning.
Operant Conditioning
Dalam classical conditioning, stimulus netral diikuti oleh reward, yang menghasilkan respon. Setelah beberapa kali pengulangan stimulus netral akan mendapatkan hasil respon yang sama. Dalam operant conditioning, respon akan membawa kepada reward. Prinsip pembelajaran telah diaplikasikan pada tujuan beberapa perusahaan. Reinforcement dan feedback postif, dalam bentuk pengakuan, bonus dan reward yang lain, telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi pergantian dan kemangkiran. Kebijakan perusahaan harus memberikan reward kepada pekerja yang telah berperilaku baik dan menghukum yang berperilaku tidak sesuai.
KEPRIBADIAN
Kepribadian berkaitan dengan karakteristik psikologis yang mengukur dan merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya. Kepribadian adalah inti dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung kensisten dan berlangsung terus-menerus. Bagaimanapun juga, kepribadian dapat berubah. Kejadian penting dalam hidup bisa mengubah kepribadian. Akuntan keperilakuan dapat melakukan kesepakatan secara efektif dengan seseorang jika mereka memahami bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana hal itu dapat berubah.
Aplikasi utama dari teori kepribadian dalam perusahaan adalah untuk memprediksi perilaku. Uji kepribadian mungkin dapat menilai siapa yang bekerja efektif dalam pekerjaan yang penuh tekanan, siapa yang akan merespon kritik dengan baik, siapa yang harus dipuji terlebih dahulu sebelum diberi tahu mengenai perilaku yang tidak diinginkan, siapa yang berpotensi menjadi pemimpin, siapa yang suka bekerja di lingkungan kerja yang mendukung, siapa yang suka tantangan dan lain sebagainya.