RESUME
Behavioral Accounting,
(Akuntansi keperilakuan)
Gary Siegel
CHAPTER
3
BEHAVIORAL CONCEPTS FROM PSYCHOLOGY
AND SOCIAL PSYCHOLOGY
konsep keperilakuan dari pisikologi dan pisikologi sosial
Faktor-faktor psikologis dan psikologis sosial yang berkaitan dengan
akuntan keperilakuan adalah sikap, motivasi, persepsi, pembelajaran, dan
kepribadian.
ATTITUDES (SIKAP)
Sikap adalah kecenderungan yang berasal dari proses belajar untuk berekasi
secara konsisten baik dengan cara yang disukai (favorable) maupun tidak disukai
(unfavorable) terhadap obyek sikap yang bisa berupa orang, benda, ide ataupun
kejadian.
Dari definisi tersebut perlu diperhatikan bahwa sikap adalah suatu
kecenderungan untuk merespon bukannya respon itu sendiri. Sikap bukanlah
perilaku. Sikap lebih menggambarkan kesiapan untuk bertindak atau berperilaku.
Jadi sikap menggerakkan dan mengarahkan perilaku.
Sikap berasal dari proses belajar, dibangun dengan baik dan sulit untuk
diubah. Seseorang dapat mempelajari sikap dari pengalaman pribadi, orang tua,
teman sebaya dan kelompok sosial. Ketika sudah dipelajari, sikap akan menjadi
bagian dari kepribadian seseorang. Kalau sikap terjadi dalam waktu lama dan
konsisten akan membentuk perilaku.
Akuntan keperilakuan berkepentingan untuk mendapatkan pengetahuan mengenai
sikap untuk memahami dan meramalkan perilaku. Akuntan keperilakuan mungkin
berkepentingan dalam sikap pekerja terhadap paket kompensasi yang diusulkan,
sikap auditor internal terhadap pengenalan paket software yang baru dan sikap
konsumen terhadap perubahan kemasan produk.
Komponen-komponen
Sikap
Sikap mempunyai 3 komponen, yaitu:
1 . Komponen kognitif, terbentuk dari gagasan, persepsi dan
kepercayaan yang dimiliki mengenai obyek sikap. Selain itu komponen kognitif
juga berkaitan dengan informasi yang dimiliki mengenai obyek sikap dan
stereotip atau generalisasi yang mungkin dibuat.
2 . Komponen emosional atau afektif, merujuk
pada perasaan yang dimiliki terhadap obyek sikap. Perasaan postif meliputi rasa
menyukai, respek atau empati. Perasaan negatif meliputi tidak menyukai, takut
atau benci.
3 . Komponen keperilakuan, berkenaan dengan bagaimana rekasi
seseorang terhadap obyek sikap.
Kepercayaan,
Opini, Nilai dan Kebiasaan
Konsep-konsep yang sangat berhubungan dengan sikap adalah kepercayaan,
opini, nilai dan kebiasaan. Secara luas,kepercayaan didefinisikan
sebagai komponen kognitif dari sikap. Kepercayaan mungkin didasarkan pada bukti
ilmiah, prasangka atau intuisi. Apakah kepercayaan itu sesuai atau tidak dengan
kenyataan, tidak akan mempengaruhi potensi dari kepercayaan untuk membentuk
sikap atau perilaku. Seseorang dapat mempunyai beberapa kepercayaan yang tidak
saling berkaitan satu sama lain mengenai suatu obyek sikap. Tidak perlu ada
kesesuaian antara kepercayaan, sikap dan perilaku dasar.
Opini dapat didefinisikan sebagai
sinonim dari sikap dan kepercayaan. Secara umum, opini lebih dipandang sebagai
konsep yang terbatas daripada sikap. Seperti kepercayaan, opini berhubungan
dengan komponen kognitif dari sikap dan memberi perhatian utama pada bagaimana
seseorang menilai suatu obyek. Ketika penilaian menjadi kenyataan, opini tiba
pada akhir proses intelektual. Jika tidak, maka dibutuhkan dasar kepercayaan
atau bukti yang lebih kuat.
Nilai adalah tujuan hidup dan standar
perilaku yang penting. Nilai adalah landasan dan pandangan dasar yang menjadi
orientasi bagi seseoramg untuk mencapai tujuan yang lebih tinggi dan yang
digunakan oleh orang-orang untuk membedakan mana yang bagus dan bermanfaat
serta mana yang jelek dan tidak sopan. Nilai akan mempengaruhi sikap dan
kemudian perilaku. Nilai adalah elemen yang paling penting dan pokok dalam pembentukan
sikap. Nilai lebih umum daripada sikap. Jika sikap berhubungan dengan obyek
spesifik seperti kebanyakan perusahaan, orang atau situasi, maka nilai tidak
berhubungan dengan obyek tunggal manapun.
Kebiasaan adalah pola-pola perilaku yang
dilakukan secara tidak sadar, otomatis dan berulang-ulang. Kebiasaan berbeda
dari sikap dan sikap bukanlah perilaku.
Fungsi-Fungsi
dari Sikap
Sikap mempunyai 4 fungsi utama, yaitu:
1 . Pemahaman
(Understanding)
Fungsi pemahaman atau pengetahuan membantu seseorang untuk memberikan arti
atau untuk memberi makna bagi situasi atau kejadian yang baru. Jadi, sikap
membolehkan seseorang untuk menilai situasi baru dengan cepat tanpa perlu
mengumpulkan semua informasi yang relevan mengenai situasi tersebut.
2 . Pemenuhan
Kebutuhan (Need Satisfaction)
Misalnya, seseorang cenderung membentuk sikap positif terhadap obyek yang
memenuhi kebutuhan mereka dan sikap negatif terhadap obyek yang menghalangi
kebutuhan mereka.
3 . Pertahanan Diri
(Ego Defense)
Sikap dapat dikembangkan atau diubah untuk melindungi seseorang dari
kepercayaan dasar mengenai diri mereka atau dunia (untuk menyatakan bahwa
mereka itu benar).
4 . Ekspresi Nilai
(Value Expression)
Seseorang memperoleh kepuasan dengan mengekspresikan diri mereka sesuai
dengan sikap mereka. Sikap mungkin akan memberitahukan siapakah seseorang itu
dan untuk apa orang itu ada.
Pembentukan dan
Perubahan Sikap
Pembentukan sikap merujuk pada pengembangan sikap terhadap obyek yang tidak
pernah ada atau terjadi sebelumnya. Perubahan sikap merujuk pada penggantian
sikap yang baru untuk suatu obyek yang pernah ada atau terjadi sebelumnya.
Sikap terbentuk dari dasar faktor psikologis, personal dan sosial. Faktor
psikologis dan genetis mungkin membentuk kecenderungan terhadap pengembangan
beberapa sikap. Cara yang paling pokok dalam pembentukan sikap adalah
berdasarkan pengalaman langsung dengan obyek. Pengalaman yang menyenangkan atau
tidak menyenangkan dengan obyek, pengalaman traumatis dan pengembangan
stereotip adalah contoh dari faktor-faktor personal yang mempengaruhi
pembentukan sikap. Kekuatan sosial yang mempengaruhi pembentukan sikap antara
lain pengaruh orang tua dan teman sebaya, pengaruh sekolah, reference groups
dan media massa.
Seringkali, manajer berkepentingan terhadap perubahan sikap orang-orang
sehingga menjadi perilaku yang menguntungkan.
Teori-teori
Perubahan Sikap
· Stimulus - Response and Reinforcement Theories (Teori Respon Stimulus dan Penguatan)
Berdasarkan teori ini perubahan sikap terfokus pada
bagaimana orang-orang merespon stimulus tertentu. Respon biasanya akan
diulang-ulang jika dirasa bermanfaat atau menguntungkan. Teori ini memberikan
perhatian lebih pada komponen stimulus daripada respon.
· Social Judgement Theory (Teori Keputusan Sosial)
Teori ini menganggap bahwa perubahan perilaku itu
merupakan hasil perubahan dari bagaimana orang memandang suatu obyek daripada
perubahan kepercayaan mengenai obyek itu sendiri. Teori ini memandang bahwa
kita bisa membuat perubahan kecil pada sikap individu jika kita tahu mengenai
struktur sikap orang tersebut sebelumnya dan jika kita menggunakan cara sedikit
mengancam untuk membuat perubahan. Asumsi dasarnya adalah bahwa usaha untuk
membuat perubahan besar pada sikap biasanya akan mengalami kegagalan karena
banyaknya perubahan tidak akan sesuai untuk subyek. Tetapi perubahan kecil pada
sikap adalah mungkin jika kita mengetahui batasan perubahan yang bisa diterima.
· Consistency and Dissonance Theory (Teori Konsistensi dan Ketidaksesuaian)
Beberapa teori perubahan sikap berasumsi bahwa
orang mencoba untuk memelihara konsistensi atau kesesuaian antara sikap dan
perilaku mereka. Teori ini menekankan pentingnya gagasan dan kepercayaan
seseorang. Teori ini berpandangan bahwa perubahan sikap adalah proses rasional
dan kognitif bagi seseorang, ketika diketahui ada ketidakkonsistenan antara
sikap dan perilaku, sehingga termotivasi untuk memperbaiki ketidakkonsistenan
dengan mengubah salah satu diantara sikap atau perilaku. Asumsi dasar bagi
teori seperti ini adalah bahwa orang tidak bisa menoleransi ketidakkonsistenan.
Teori konsistensi menganggap bahwa hubungan antara
sikap dan perilaku adalah dalam keadaan seimbang jika tidak ada tekanan
kognitif dalam sistem. Ketidaksesuaian teori adalah variasi dari teori
konsistensi. Teori ini menekankan pada hubungan antara elemen-elemen kognitif.
Ketidaksesuaian kognitif terjadi ketika seseorang mempunyai dua pengertian yang
bertentangan. Teori ini beranggapan bahwa ketidaksesuaian akan memotivasi orang
untuk mengurangi atau mengeliminasi ketidaksesuaian tersebut. Di sini
diasumsikan bahwa karena ketidaksesuaian secara psikologis biasanya tidak
menyenangkan, maka orang lbih memilih untuk menghindarinya. Ketidaksesuaian
akan berkurang dengan mengurangi jumlah atau kepentingan elemen-elemen
ketidaksesuaian.
· Self-Perception Theory (Teori Persepsi Diri)
Teori Persepsi Diri beranggapan bahwa orang-orang
mengembangkan sikap berdasarka bagaimana mereka mengamati dan mengartikan
perilaku mereka sendiri. Dengan kata lain, teori ini menyatakan bahwa sikap
tidak menetuka perilaku, tetapi lebih beranggapan bahwa sikap terbentuk setelah
perilaku terjadi, sehingga sikap akan konsisten dengan perilaku. Berdasarkan
teori ini, sikap akan berubah hanya setelah perilaku berubah. Akuntan
keperilakuan pertama kali harus mengubah perilaku, perubahan sikap akan
mengikuti.
MOTIVASI
Motivasi adalah proses untuk memulai tindakan yang berguna. Ini adalah
kunci untuk memprakarsai, mengendalikan, meneruskan dan mengarahkan perilaku.
Motivasi juga berkaitan dengan reaksi subyektif yang terjadi selama proses ini.
Motivasi adalah konsep penting untuk akuntan keperilakuan karena
efektifitas perusahaan tergantung pada kinerja pegawai sebagaimana yang
diharapkan. Manajer dan akuntan keperilakuan harus memotivasi pekerja untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan level yang diharapkan sehingga tujuan
organisasi tercapai. Motif adalah proses tunggal yang memicu proses motivasi.
Need Theory (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang sangat dikenal adalah Hirarki Kebutuhan
Maslow. Teori ini beranggapan bahwa orang-orang termotivasi oleh
keinginannya untuk memenuhi kelompok urutan hirarki kebutuhan: kebutuhan
fisiologis dasar (makanan, udara, seksual); kebutuhan keamanan (keamanan fisk
dan fisiologis); kebutuhan sosial dan belongingness (persahabatan, cinta);
kebutuhan penghargaan (kehormatan diri, pengakuan, kekuasaan dan status); serta
kebutuhan aktualisasi diri.
Menurut Teori
Maslow, setelah seseorang memenuhi kebutuhan di urutan yang lebih rendah, maka
kebutuhan di urutan yang selanjutnya menjadi penting untuk mengarahkan
perilaku. Ketika suatu kebutuhan telah terpenuhi maka sudah tidak bisa menjadi
motivator lagi.
Konsep hirarki
kebutuhan tidak didukung dengan baik oleh penelitian empiris. Ini karena di
Amarika kebutuhan dasar kebanyakan orang telah terpenuhi, banyak yang
mempertanyakan mengenai gagasan pemisahan struktur kebutuhan manusia yang
kompleks ke dalam urutan hirarkis dan juga teori ini tidak membolehkan adanya
prediksi terhadap perilaku.
Di samping
kelemahan-kelemahan tersebut, Teori Kebutuhan Maslow sangat penting untuk
diketahui oleh manajer dan akuntan keperilakuan karena perhatian utamanya pada
kebutuhan individual dan mengakui bahwa insentif yang sama mungkin tidak
memenuhi kebutuhan setiap orang.
The ERG Concept merupakan perbaikan dari hirarki
kebutuhan. Ia mengemukakan tiga kategori kebutuhan: existence (keinginan fisik
dan materi); relatedness (persahabatan, belonging); dan growth (pengembangan
diri dan self-fulfillment). Konsep ini berbeda dari Hirarki Kebutuhan Maslow,
dimana tidak ada urutan kebutuhan, dan meskipun suatu kebutuhan telah terpenuhi
tetapi masih bisa menjadi motivator yang dominan.
Teori kebutuhan ketiga dari motivasi adalah McClelland's
Need-for-Achievement Theory (Teori Kebutuhan atas
Pencapaian McClelland), yang beranggapan bahwa semua motif termasuk kebutuhan akan penghargaan
dipelajari. Sehingga, waktu yang tepat untuk membangun motif ini adalah selama masa kanak-kanak ketika masih memungkinkan
pembelajaran struktur, sehingga anak tersebut akan meningkatkan harapannya dan
membangun kebiasaan bekerja untuk mencapai harapan tersebut.
Teori Dua Faktor Hezberg terfokus
pada dua set hasil yang akan diperoleh dari kerja: yang berhubungan dengan job
satisfaction (motivators) dan yang berhubungan dengan job dissatisfaction
(hygiene factors). Motivators, berkaitan dengan kepuasan dari pekerjaan,
seperti promosi, pengakuan, tanggung jawab, kerja itu sendiri dan potensi untuk
aktualisasi diri. Hygiene factors, berkaitan dengan keadaan atau suasana kerja,
atau lingkungan dimana pekerjaan dilakukan, termasuk keamanan kerja, gaji,
kebijakan perusahaan, kondisi kerja dan hubungan personal di tempat kerja.
Teori ini
beranggapan bahwa motivators berkaitan dengan job satisfaction tetapi tidak
dengan job dissatisfaction dan hygiene factors berkaitan dengan job
dissatisfaction tetapi tidak dengan job satisfaction. Jadi, karyawan
termotivasi denan hal-hal seperti penghargaan dan promosi di perusahaan.
Kenaikan gaji tidak akan memotivasi, tetapi hanya akan mencegah job
dissatisfaction.
Expectancy Theory (Teori Pengharapan)
Teori Pengharapan dari motivasi berasumsi bahwa level motivasi untuk
melakukan suatu pekerjaan tergantung pada kepercayaan yang dimiliki mengenai
struktur hasil yang diperoleh dari pekerjaan tersebut. Dengan kata lain,
motivasi terjadi ketika seseorang mengharapkan untuk memperoleh hasil yang
nyata dari pekerjaan yang dilakukan.
Secara umum, motivasi adalah hasil dari pengharapan, instrumentality dan
valensi. Pengharapan berkaitan dengan kemungkinan yang dirasakan bahwa tindakan
spesifik akan menghasilkan penghasilan yang spesifik. Valensi adalah kekuatan
dari keinginan seseorang untuk memperoleh penghasilan yang nyata.
Instrumentality berkaitan dengan efek yang dihasilkan oleh suatu penghasilan
pada penghasilan di masa yang akan datang.
Teori ini membedakan antara penghargaan (reward) intrinsik dengan
penghargaan ekstrinsik. Penghargaan intrinsik berasal dari dalam diri dan
dihasilkan dari melakukan pekerjaan itu sendiri, yaitu meliputi perasaan
berprestasi yang mungkin didapat dari melakukan pekerjaan dengan baik atau
perasaan puas yang didapat ketika suatu proyek dapat diselesaikan dengan
sukses. Penghargaan ekstrinsik meliputi gaji, penghargaan, keamanan kerja dan
promosi, yang menunjukkan hasil dari pekerjaan. Teori ini menganggap bahwa
motivasi adalah fungsi dari penghargaan intrinsik dan penghargaan ekstrinsik.
PERSEPSI
Persepsi adalah bagaimana seseorang melihat dan menilai suatu kejadian,
obyek dan orang. Seseorang bertindak dengan dasar persepsi mereka tanpa
menghiraukan apakah persepsi tersebut menggambarkan realita secara akurat atau
tidak. Pada kenyataannya, realita adalah persepsi yang diinginkan oleh
masing-masing orang. Seseorang mungkin mendeskripsikan realita jauh berbeda
dari deskripsi orang lainnya. Definisi formal dari persepsi adalah proses
pemilihan, pengadaan dan penginterpretasian stimulus sehingga menjadi gambaran
yang berarti dan logis mengenai dunia.
Manajer dan akuntan keperilakuan harus membangun persepsi yang akurat
mengenai orang-orang yang berhubungan dengannya. Akuntan keperilakuan perlu
untuk mengetahui mengenai persepsi karena persepsi yang membentuk gagasan dan
sikap yang mempengaruhi perilaku. Jika pekerja yang potensial merasa kebijakan
promosi dan kompensasi perusahaan itu wajar, maka orang itu akan senang
bergabung dengan perusahaan dan menjadi pekerja yang terpuaskan. Jika kebijakan
dirasa tidak adil maka pekerja yang prospektif akan bergabung dengan perusahaan
lain atau produktifitasnya tidak optimal.
Physical Stimuli
Versus Individual Predispositions
Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda mengenai dunia karena
persepsi tergantung pada physical stimuli dan individual predispositions.
Physical stimuli (stimulus psikis) adalah masukan sensor mentah seperti
penglihatan, suara dan sentuhan. Individual predispositions (kecenderungan
individual) meliputi motif, kebutuhan, sikap, past-learning dan harapan.
Persepsi bisa berbeda antara orang yang satu dengan yang lain karena penerima
rangsangan, yaitu seorang individu, berfungsi secara berbeda, tetapi terutama
karena perbedaan kecenderungan. Jdi, satu kebijakan perusahaan akan dirasa
berbeda bagi pekerja produksi, manajer menengah dan manajemen puncak.
Empat faktor lain yang berhubungan dengan kecenderungan individu adalah
familiarity, feelings, importance dan emotions. Pada umumnya orang menerima
obyek yang dikenal lebih cepat daripada obyek atau orang yang tidak dikenal.
Perasaan orang terhadap obyek atau orang lain juga menyebabkan persepsi. Ada
kepentingan bagi seseorang untuk mencari lebih banyak informasi mengenai obyek
yang menurut perasaan mereka sangat positif atau negatif. Sama halnya dengan
semakin penting seseorang atau suatu obyek maka semakin banyak informasi yang
dicari.
Pada akhirnya, keadaan emosional dapat menyebabkan persepsi. Persepsi mungkin
berbeda tergantung pada apakah kita sedang mengalami hari yang baik atau hari
yang buruk, apakah kita merasa senang atau dalam keadaan depresi.
Seleksi,
Organisasi, Suatu Interpretasi dari Stimulus
Persepsi adalah proses dimana kita menyeleksi, mengatur dan
menginterpretasikan stimulus. Kita hanya dapat merasakan sebagian kecil dari
seluruh stimulus to which we are exposed. Jadi, secara sengaja atau tidak kita
memilih apa yang kita rasakan. Sehingga, kita berkonsentrasi atau mengambil
beberapa hal dan mengabaikan yang lain. Biasanya kita memilih untuk
mempersepsikan hal-hal yang kita rasakan menarik dan penting. Apa yang kita
pilih tergantung pada sifat dasar stimulus, harapan dan motif kita. Sifat dasar
stimulus termasuk faktor seperti keadaan fisik, desain, perbedaan dengan
stimulus lain, dan brand names. Harapan berdasar pada pengalaman dan kondisi
kita sebelumnya.
Orang biasanya mencari stimulus yang simpatik dan menyenangkan dan menjauhi
stimulus yang menyiksa dan mengancam. Mereka mungkin menghapus informasi yang
tidak konsisten dengan kepercayaan yang ada untuk melindungi diri mereka dari
stimulus yang terlalu banyak.
Orang mengatur stimulus ke dalam kelompok dan merasakannya sebagai kesatuan
yang utuh. Jika informasi yang ada tidak lengkap, maka orang tersebut akan
mengisi kekurangan itu dan selanjutnya bersikap seolah mereka telah mendapatkan
informasi yang lengkap mengenai situasi tersebut. Penilaian persepsi tergantung
pada pengalaman sebelumnya, dan keanggotaan kelompok sosial. Jika stimulus
dirasakan ambigu, orang akan mengartikannya secara konsisten dengan kebutuhan,
kesukaan dan sikap mereka.
Persepsi berubah oleh stereotip yang diterima, informasi yang andal dari
sumber yang terpercaya, tergantung pada kesan pertama, dan menuju pada
kesimpulan. Persepsi juga mungkin berubah karena kesalahan logis dimana kesan
utama mengenai seseorang hanya didasarkan pada karakteristik yang diketahui.
Berhubungan dengan kesalahan logis dalam persepsi adalah efek halo, dimana
kita mengeneralisasikan dari satu set kualitas menjadi set kualitas yang
nonrelevan. Pertahanan perseptual timbul karena orang-orang tidak ingin
persepsinya terbukti salah. Jadi orang-orang mungkin mengabaikan atau menghapus
informasi yang menyebabkan timbulnya pertanyaan pada persepsi yang ada.
Relevansi
Persepsi Bagi Akuntan
Akuntan keperilakuan dapat mengaplikasikan pengetahuan mengenai persepsi
terhadap beberapa aktivitas organisasi, misalnya dalam penilaian kinerja dan
pemilihan pekerja. Selalu ada risiko dalam pembuatan keputusan bisnis.
Keputusan yang dibuat oleh manajer mungkin tergantung pada risiko yang mungkin
diterima dan toleransinya terhadap risiko tersebut.
Biasanya, perbedaan persepsi dapat menyebabkan masalah komunikasi dalam
perusahaan. Persepsi yang salah juga mungkin memicu ketegangan dalam hubungan
interpersonal di tengah kerja.
PEMBELAJARAN
Pola pemikiran dan perilaku yang dibawa oleh seseorang pada lingkungan
kerjanya merefleksikan pengalaman, persepsi dan motivasi pribadinya. Pola
perilaku seperti itu mungkin tidak sesuai untuk perusahaan. Untuk itu, akunyan
keperilakuan harus tahu mengenai prinsip-prinsip teori pembelajaran dalam
rangka memperbaiki persepsi pekerja dan memodifikasi perilaku yang tidak sesuai.
Pembelajaran adalah proses yang harus dijalani agar suatu perilaku baru
dapat terbentuk. Ia terjadi sebagai hasil dari motivasi, pengalaman dan
pengulangan respon terhadap stimulus atau situasi yang nyata. Kombinasi dari
motivasi, pengalaman dan pengulangan terjadi dalam dua bentuk: classical
conditioning dan operant conditioning.
Classical Conditioning (Pavlov's Dog)
Berdasarkan penelitian Pavlov, anjing akan meneteskan air liur tidak hanya
ketika diletakkan makanan di moncongnya, tetapi juga ketika ia melihat makanan.
Makanan adalah stimulus yang tidak dikondisikan yang menyebabkan perilaku
refleks terjadi. Perilaku yang tidak dikondisikan tidak dipelajari.
Dalam eksperimennya, Pavlov membunyikan bel terlebih dahulu baru kemudian
memberi makanan kepada anjing tersebut. Pertama kali, anjing hanya mengeluarkan
air liur ketika makanan disajikan. Tetapi setelah percobaan tersebut diulang,
anjing itu selalu mengeluarkan air liur ketika bel dibunyikan. Dalam kasus ini,
suara bel (stimulus) diikuti oleh respon yang tidak dikondisikan. Respon yang
tidak dikondisikan adalah sesuatu yang dipelajari. Hubungan antara stimulus dan
respon yang tidak dikondisikan disebut classical conditioning.
Operant
Conditioning
Dalam classical conditioning, stimulus netral diikuti oleh reward, yang
menghasilkan respon. Setelah beberapa kali pengulangan stimulus netral akan
mendapatkan hasil respon yang sama. Dalam operant conditioning, respon akan
membawa kepada reward. Prinsip pembelajaran telah diaplikasikan pada tujuan
beberapa perusahaan. Reinforcement dan feedback postif, dalam bentuk pengakuan,
bonus dan reward yang lain, telah digunakan untuk meningkatkan produktivitas,
mengurangi pergantian dan kemangkiran. Kebijakan perusahaan harus memberikan
reward kepada pekerja yang telah berperilaku baik dan menghukum yang
berperilaku tidak sesuai.
KEPRIBADIAN
Kepribadian berkaitan dengan karakteristik psikologis yang mengukur dan
merefleksikan bagaimana respon seseorang terhadap lingkungannya. Kepribadian
adalah inti dari perbedaan individu. Kepribadian cenderung kensisten dan
berlangsung terus-menerus. Bagaimanapun juga, kepribadian dapat berubah.
Kejadian penting dalam hidup bisa mengubah kepribadian. Akuntan keperilakuan
dapat melakukan kesepakatan secara efektif dengan seseorang jika mereka memahami
bagaimana kepribadian dikembangkan dan bagaimana hal itu dapat berubah.
Aplikasi utama dari teori kepribadian
dalam perusahaan adalah untuk memprediksi perilaku. Uji kepribadian mungkin
dapat menilai siapa yang bekerja efektif dalam pekerjaan yang penuh tekanan,
siapa yang akan merespon kritik dengan baik, siapa yang harus dipuji terlebih
dahulu sebelum diberi tahu mengenai perilaku yang tidak diinginkan, siapa yang
berpotensi menjadi pemimpin, siapa yang suka bekerja di lingkungan kerja yang
mendukung, siapa yang suka tantangan dan lain sebagainya.